Indonesia terus bergerak dalam mempercepat digitalisasi berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk mewujudkan semakin banyak kota cerdas (smart city). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berupaya mewujudkan target 100 kota cerdas (Smart City) di Indonesia dengan memprioritaskan akselerasi penyelesaian infrastruktur digital hingga 2024.
Konsep smart city sendiri terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan akan kota yang berkelanjutan. Menurut konsultan smart city asal Amerika, Jess Brant yang juga merupakan Vice President FiberCity®/Smart City Programs di SiFi Network, ada beberapa tren utama dalam mewujudkan smart city memasuki tahun 2024 yang bertujuan untuk membuat kota menjadi lebih efisien, layak huni, dan responsif terhadap kebutuhan penghuninya[1].
Beberapa tren yang paling dekat dan memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia adalah:
1. Konektivitas 5G dan perluasan Internet-of-Things (IoT)
Peluncuran jaringan 5G akan mempercepat adopsi IoT di kota-kota pintar. Dengan koneksi yang sangat cepat dan latensi rendah, 5G memungkinkan transmisi data secara real-time, sehingga ideal untuk aplikasi IoT. Kita akan melihat proliferasi sensor dan perangkat pintar yang memantau segala hal, mulai dari arus lalu lintas hingga kualitas udara, sehingga meningkatkan pengambilan keputusan berbasis data bagi para perencana kota.
Di Indonesia sendiri, jaringan 5G sudah beroperasi sejak bulan Mei 2021. Menurut pengamat telekomunikasi ITB, Ian Joseph, di 2024 mendatang warga Indonesia bisa menikmati jaringan 5G secara masif.
2. Solusi Transportasi Berkelanjutan
Seiring dengan meningkatnya kemacetan perkotaan dan masalah lingkungan, kota pintar berfokus pada transportasi yang berkelanjutan. Kendaraan listrik serta sistem angkutan umum yang lebih baik akan menjadi lebih sering kita lihat. Selain itu, platform Mobility as a Service (MaaS) akan mengintegrasikan berbagai moda transport Asi, sehingga menjadi suatu kesatuan yang memudahkan komuter serta ramah lingkungan.
3. Integrasi Energi Terbarukan
Smart city semakin beralih ke sumber energi terbarukan untuk menggerakkan infrastruktur mereka. Panel surya, turbin angin, dan solusi penyimpanan energi canggih akan diintegrasikan ke dalam lanskap perkotaan untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan ketahanan energi.
Ketiga tren tersebut saat ini sudah mulai terlihat dalam mewujudkan smart city di Indonesia, salah satunya melalui teknologi pencahayaan hemat energi yang mendukung keberlanjutan. Beberapa kota dan wilayah di Indonesia sudah menerapkan sistem pencahayaan kota, baik pencahayaan gedung, lanskap, maupun penerangan jalan umum (PJU) berbasis IoT. Sistem pencahayaan pintar yang menggunakan lampu LED yang dapat membantu menghemat konsumsi energi dari kebutuhan pencahayaan hingga 80 persen dibandingkan penggunaan lampu konvensional.
Untuk mendukung terwujudnya kota-kota cerdas dan hijau di seluruh dunia, Signify mengembangkan inisiatif yang diberi nama Green Switch dengan tujuan ambisius, yaitu mencapai emisi nol (zero emission) secara global pada 2050. Sementara Indonesia telah mencanangkan zero emission pada 2060. Program ini memfasilitasi langkah praktis yang bisa dilakukan masyarakat, pelaku bisnis, juga pemerintah untuk mengefisienkan energi dengan menggunakan pencahayaan LED.
Pencahayaan LED dan pencahayaan terkoneksi menjadi salah satu jalan paling sederhana dan sering diabaikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kemampuan Internet of Things (IoT) yang ditambahkan ke dalam infrastruktur pencahayaan terkoneksi dapat mewujudkan masa depan Indonesia lebih pintar, membuka terciptanya lapangan pekerjaan, dan mendorong kesejahteraan.
# # #
[1] Source: TrendsThat Will Shape Smart Cities in 2024 (linkedin.com)